Sistem Akuntansi Manajemen

SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN

Oleh : Handoko A Hasthoro

 

Abstract

 

Managers usually follow a decision model for choosing among different courses of action. A decision model is a formal method of making a choice, and it often involves both quantitative and qualitative analyses. Management accountants work with managers by analyzing and presenting relevant data to guide decisions. Relevant data and information can be produced by management accounting system. In otherwise, management accountants must have the interpersonal and analytical skills necessary to evaluate and implement control systems, as well as the ability to interpret outputs of these system

 

Keywords: Management accounting system, Information system, Decision making, Control system

 

 

A.  Pendahuluan

            Akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian dan pengklasifikasian informasi akuntansi untuk kepentingan pengambilan keputusan ekonomik oleh pihak internal perusahaan. Definisi mengenai Akuntansi Manajemen secara lengkap dan luas diberikan oleh Management Accountant Practice Commitee adalah proses identifikasi, pengukuran, pengumpulan, analisis, penyiapan, dan komunikasi informasi finansial yang digunakan oleh manajemen untuk perencanaan, evaluasi, pengendalian dalam suatu organisasi, serta untuk menjamin ketepatan penggunaan sumber-sumber dan pertanggu ngjawaban atas sumber-sumber tersebut. Akuntansi manajemen juga meliputi penyiapan laporan finansial untuk kelompok-kelompok non-manajemen seperti misalnya pemegang saham, para kreditor, lembaga-lembaga pengaturan, dan penguasa perpajakan (Supriyono, 1991).

Akuntan manajemen bertanggungjawab untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur, menganalisis, menyiapkan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan. Kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan akan mempengaruhi kualitas dari proses manajemen. Tanggungjawab tersebut terangkum dalam fungsi perencanaan, pengevaluasian, pengendalian, pertanggungjawaban sumberdaya, dan pealporan eksternal. Akuntan manajemen berfungsi sebagai penyedia informasi akuntansi yang bermanfaat untuk pengelolaan aktivitas manajemen. Untuk itu akuntan manajemen biasanya terlibat secara langsung dalam proses manajemen sebagai anggota penting dari tim manajemen.

            Dalam rangka melaksanakan perannya tersebut, akuntan manajemen terikat oleh kode etik akuntan. Kode etik akuntan berfungsi sebagai alat kendali bagi akuntan manajemen dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Nilai-nilai dasar yang dijadikan dasar penentuan standar etika bagi akuntan antara lain: kejujuran, integritas, komitmen terhadap janji, kesetiaan, keadilan, kepedulian terhadap sesama, penghargaan terhadap orang lain, dan tanggung jawab. (Sugiri dan Sulastiningsih, 2004).

     

B.  Proses Pengambilan Keputusan

      Pengambilan keputusan adalah proses manajemen dalam usaha untuk membuat pilihan rasional diantara berbagai alternatif. Pengambilan keputusan tidak terpisah dengan fungsi manajemen yang lain, fungsi ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan fungsi perencanaan, pengorganisasian, dan fungsi pengendalian karena fungsi-fungsi tersebut semuanya membutuhkan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan jangka panjang sering dinamakan keputusan strategi karena jenis keputusan ini mempunyai pengaruh jangka panjang pada organisasi. Kegiatan rutin sehari-hari biasanya memerlukan pengambilan keputusan yang relatif sedikit dibanding dengan keadaan yang tidak rutin.

      Keputusan dapat ditingkatkan mutunya jika informasi tentang alternatif-alternatif dikumpulkan dan disajikan kepada manajer. Salah satu peran utama sistem akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi yang memudahkan proses pengambilan keputusan.

      Salah satu tujuan Akuntansi Manajemen adalah untuk menyediakan informasi kepada manajemen dalam rangka pengambilan keputusan. Informasi merupakan hal penting yang membuat proses manajemen dapat berjalan. Struktur organisasi suatu perusahaan sekaligus menunjukkan aliran informasi dan saluran komunikasi. Melalui struktur organisasi dilakukan komunikasi mengenai perencanaan dan instruksi diberikan ke bawahan, masalah-masalah didiskusikan secara formal maupun informal, laporan dan catatan dikirimkan.

      Pengambilan keputusan akan berjalan dengan efektif jika sistem penyediaan informasi bagi pengambilan keputusan dirancang dan dievaluasi secara baik dan berkelanjutan. Untuk itulah rancang bangun sistem akuntansi manajemen harus dapat memenuhi kebutuhan para pengambil keputusan.

 

C.  Sistem Akuntansi Manajemen

      Sebagai sebuah sistem, Akuntansi Manajemen mempunyai 2 (dua) unsur penting yaitu : struktur dan proses. Struktur terkait dengan siapa dan bagian apa yang terlibat dalam sistem, sedangkan proses terkait dengan bagaimana sistem tersebut dijalankan. Secara konvensional rancangan Sistem Akuntansi Manajemen terbatas pada informasi keuangan internal yang berorientasi historis. Tetapi meningkatnya peran Sistem Akuntansi Manajemen untuk membantu manajer dalam pengarahan dan pemecahan masalah telah mengakibatkan perubahan dari Sistem Akuntansi Manajemen untuk memasukkan data eksternal dan non-keuangan dan informasi yang berorientasi yang akan datang.

      Sistem Akuntansi Manajemen merupakan sistem yang menghasilkan output dengan menggunakan input tertentu dan memprosesnya untuk mencapai tujuan manajemen. Suatu proses dapat dijelaskan oleh aktivitas seperti pengumpulan (collecting), pengukuran (measuring), penyimpanan (storing), analisa (analysis), pelaporan (reporting), dan pengelolaan (managing) informasi. Sedangkan output dapat berupa laporan khusus, biaya produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja, dan bahkan komunikasi personal. Sistem Akuntansi Manajemen tidak terikat oleh suatu kriteria formal yang menjelaskan sifat dari input atau proses dan output. Kriteria tersebut fleksibel dan berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. 

      Menurut Chenhall dan Morris (1986) terdapat empat karakteristik informasi Sistem Akuntansi Manajemen yaitu sebagai berikut (dalam Muslichah, 2002) :

1.   Ruang Lingkup (scope)

      Di dalam sistem informasi, broad scope (lingkup luas) mengacu pada dimensi fokus, kuantifikasi, dan horison waktu. Sistem Akuntansi Manajemen tradisional memberikan informasi yang terfokus pada peristiwa-peristiwa dalam organisasi, yang dikuantifikasi dalam ukuran moneter, dan yang berhubungan dengan data historis. Lingkup Sistem Akuntansi Manajemen yang luas memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkungan eksternal mungkin bersifat ekonomi seperti Gross National Product, total penjualan pasar, dan pangsa pasar suatu industri, atau mungkin juga bersifat non ekonomi seperti faktor demografi, cita rasa konsumen, tindakan para pesaing dan perkembangan tehnologi. Lingkup Sistem Akuntansi Manajemen yang luas mencakup ukuran non moneter terhadap karakteristik lingkungan eksternal. Disamping itu, lingkup Sistem Akuntansi Manajemen yang luas akan memberikan estimasi tentang kemungkinan terjadinya peristiwa di masa yang akan datang di dalam ukuran probabilitas.

2.   Tepat Waktu (Timelines)

      Kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat terhadap suatu peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh timelines Sistem Akuntansi Manajemen. Informasi yang tepat waktu meningkatkan fasilitas Sistem Akuntansi Manajemen untuk melaporkan peristiwa paling akhir dan untuk memberikan umpan balik secara cepat terhadap keputusan yang telah dibuat. Jadi tepat waktu mencakup frekuensi pelaporan dan kecepatan pelaporan. Timing informasi menunjuk kepada jarak waktu antara permintaan dan tersedianya informasi dari Sistem Akuntansi Manajemen ke pihak yang meminta.

3.   Agregasi (Aggregation)

      Sistem Akuntansi Manajemen memberikan informasi dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari pemberian bahan dasar, data yang tidak diproses hingga berbagai agregasi berdasarkan periode waktu atau area tertentu, misalnya pusat pertanggungjawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu pada berbagai format yang konsisten dengan model keputusan formal seperti analisis cash flow yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan programasi linier untuk penerapan anggaran, analisis biaya-volume-laba, dann model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir, agregasi informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan pemasaran, dan informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model keputusan formal.

4.   Integrasi (Integration)

      Aspek pengendalian suatu organisasi yang penting adalah koordinasi berbagai segmen dalam sub-sub organisasi. Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen yang membantu koordinasi mencakup spesifikasi target yang menunjukan pengaruh interaksi segmen dan informasi mengenai pengaruh keputusan pada operasi seluruh sub unit organisasi. Informasi yang terintegrasi dari Sistem Akuntansi Manajemen dapat digunakan sebagai alat koordinasi antar segmen dari sub unit dan antar sub unit. Kompleksitas dan saling ketergantungan antar sub unit akan direfleksikan dalam informasi yang terintegrasi dari Sistem Akuntansi Manajemen.

 

      Sedangkan tujuan dari sistem akuntansi manajemen (Hansen & Mowen, 1997) adalah:

1.   Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan biaya jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.

2.   Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian, dan pengevaluasian.

3.   Untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan.

Ketiga tujuan ini mengungkapkan bahwa manajer dan pengguna lainnya membutuhkan informasi akuntansi manajemen dan perlu mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu manajer mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dan digunakan dalam semua lingkup manajemen, meliputi perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan). Selain itu, kebutuhan akan informasi tidak terbatas hanya pada organisasi manufaktur, tetapi juga perusahaan dagang dan jasa.

 

Model operasional dari sistem akuntansi manajemen (Hansen & Mowen, 1997):

 

 

 

           
   
 
     
       

 

 

 

 

 

 

PENGGUNA

 

 

 

       
     
   
 

 

 

 

 

 

D.  Pengendalian Manajemen

      Setelah rencana dibuat, rencana harus diimplementasikan dan manajer serta karyawan harus memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sesuai target. Aktivitas manajerial dalam memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan perbaikan yang dibutuhkan disebut sebagai pengendalian (controlling). Pengendalian biasanya dicapai dengan menggunakan umpan balik. Umpan balik adalah informasi yang digunakan untuk mengevaluasi atau memperbaiki langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan suatu rencana. Berdasarkan umpan balik, manajer boleh memutuskan membiarkan pelaksanaan tersebut berlanjut, melakukan beberapa perbaikan agar langkah yang diambil sesuai dengan rencana awal, atau melakukan perencanaan ulan di tengah proses pelaksanaan.

      Umpan balik adalah tahapan penting dari fungsi pengendalian. Umpan balik merupakan bagian penting dari akuntansi manajemen. Umpan balik dapat berupa informasi keuangan atau non-keuangan yang biasanya disajikan dalam bentuk laporan formal yang membandingkan data aktual dengan data yang direncanakan. Laporan ini disebut laporan kinerja.

      Proses pengendalian manajemen tidaklah bersifat otomatis. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan, karena dalam organisasi banyak manusia dengan beragam karakter dan sifat. Atas dasar tersebut pengendalian manajemen membutuhkan koordinasi atar individu dalam organisasi sehingga pengendalian manajemen mencapai tujuannya.

      Dalam sistem pengendalian ada 4 komponen utama:

1.   Alat Pengamatan: yang mengamati, mendeteksi, dan mengukur atau mengurai kegiatan-kegiatan atau fenomena lain yang dikendalikan.

2.   Alat Penilai: yang mengevaluasi kinerja suatu kegiatan atau organisasi.

3.   Alat Modifikasi Perilaku.

4.   Alat untuk menyebarluaskan informasi atau yang dinamakan jaringan komunikasi.

 

      Sebelum menyusun sistem pengendalian perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi berikut:

1.   Lingkungan, baik eksternal (persaingan, industri, kebijakan pemerintah, sosial ekonomi) maupun internal (dukungan manajemen puncak, penetapan pengendalian, kegiatan internal) dimana organisasi/perusahaan berada dan beroperasi.

2.   Besarnya kecenderungan organisasi, atau bagian-bagiannya, untuk lepas kendali. Kecenderungan ini berkaitan dengan karakter karyawan, rentang tanggungjawab manajer, struktur organisasi, kualitas kepemimpinan, sifat proses produksi, dan sebagainya.

3.   Kelengkapan sarana dan tehnik pengendalian yang tersedia untuk mengamati, menilai, dan mengubah berbagai kecenderungan kegagalan organisasi dalam mencapai tujuannya. Hal ini meliputi alat-alat yang spesifik dan sesuai serta terkoordinasi yang berfungsi sebagai suatu sistem pengendalian bagi keseluruhan organisasi.

 

E.  Penutup

      Sistem akuntansi manajemen dalam perusahaan/organisasi yang kompleks membutuhkan tidak hanya skill yang memadai dari para manajernya, akan tetapi juga perangkat yang digunakan untuk mendisain, menjalankan, dan mengevaluasi sistem tersebut. Lebih dari itu juga dibutuhkan sebuah sistem bagi pengendalian manajemen yang mampu mendukung bagi terciptanya sistem akuntansi manajemen yang baik.

      Data yang relevan  diproses agar menghasilkan outout berupa informasi yang memadai. Akuntan manajemen dan manager bertugas menganalisa data yang relevan untuk kemudian mengambil keputusan-keputusan strategik perusahaan. Keputusan yang tepat tentunya akan memberi manfaat yang positif bagi organisasi/perusahaan.

      Dalam penelitian, sistem akuntansi manajemen merupakan salah satu topik yang bisa dipakai selain topik tentang penganggaran, harga pokok produk, komitmen organisasi, strategic cost management, perilaku biaya, activity based cost, dan lain sebagainya (Indriantoro, 1999). Chenhall dan Morris (1986), serta Muslichah (2002) juga meneliti dengan topik sistem akuntansi manajemen.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Anthony, Robert N. & Vijay Govindarajan. (2000). Managemen Control System. 8th Edition. Mc Graw Hill.

 

Bockhodlt. (1998). Accounting Information System. Second Edition. McGraw Hill. New Delhi.

 

Febrianto, Rahmat., dan Erna Widiastuty. 2006. Tiga angka laba akuntansi: Mana yang lebih bermakna bagi investor? Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 9 (2): 200-215

 

Garisson, Walter G. (2004). Managerial Accounting. Fifth Edition. Prentice Hall. New Jersey.

 

Gates, Stephen and Christhope Germain. (2010). Integrating sustainability measures into strategic performance measurement systems. Management Accounting Quarterly 11 (3): 1-7

 

Hansen, Don R & Marianne Mowen. (1997). Management Accounting. Fourth Edition. John Wiley & Sons. New York.

 

Horngren, Charles T, et.al. (2006). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Fifth Edition. Pearson International Edition. New Jersey.

 

Indriantoro, Nur. (1999). Arah dan Topik Penelitian dalam Bidang Akuntansi Manajemen. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Volume 14, No. 2. FE UGM. Yogyakarta.

 

Langfield-smith, Kim and David Smith. 2003. Management control system and trust in outsourcing relationships. Management Accounting Research 14: 281-307

 

Muslichah. (2002). Pengaruh Tehnologi Informasi, Saling Ketergantungan, Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi V. Hal 790 – 803. FE Universitas Diponegoro. Semarang.

 

Sugiri, S; Sulastiningsih. (2004). Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar. Edisi ke-3. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

 

Supriyono, RA. (1991). Akuntansi Manajemen I: Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Proses Perencanaan. Edisi 1, Cetakan Ke-2. BPFE. Yogyakarta.

 

Widodo Lo, Eko. 2006. Pengaruh tingkat kesulitan keuangan perusahaan terhadap konservatisme akuntansi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 9 (1): 87-102

 

Yulianti. 2004. Penggunaan distribusi laba dalam mendeteksi manajemen laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 1 (2): 89-104

Leave a comment